Didalam Saling Menyadarkan, Keluar melakukan Pengayoman

Meng'elaborasi Pengkajian Bedah Buku UKMI Al-Huda 
Kamis, 06 April 2015 @Masjid Al-huda Unmer Malang

 "Di "Sentono Arum" Ukmi Al-Huda ini, mari kita saling menyadarkan, saling mengingatkan satu sama lain ihwal kebaikan penghidupan. Marilah kita sama-sama ber'muhasabah dan berendah diri dihadapan-Nya. Kita tunjukan ketawadhu'an sebagaimana makhluk hina dina penghuni Alam jagad Rayya. mencari sebanyak-banyak nya Ilmu terlebih Rahmat yang di hamparkan, dan memantulkan kembali ke langit sebagai do'a bagi kita dan sesama."


   
     Di luar sana banyak tersaji gemerlap cahaya yang hampa. Sinarnya tidak menenangkan, tetapi membuat silau dan gelap mata. Waktu adalah hakim sejati. Ia dapat membuktikan tanpa berkata dan ia dapat menunjukkan tanpa memerintah.

    Orang tangguh adalah mereka yang tahu kapan harus menggunakan kekuatan dan kapan menghentikannya. Bertindak tanpa hati hanya akan menimbulkan bencana karena hati merupakan saringan jiwa yang sangat jujur.Orang bijak adalah mereka yang bisa menempatkan diri kapan harus mengenakan topeng dan kapan harus melepasnya. Hidup adalah kumpulan proses memilih. Memilih antara baik dan buruk, antara jalan Allah dan jalan setan, antara surga dan  neraka, antara ya dan tidak, antara maju dan mundur, antara jujur dan dusta. Kita tidak boleh menyalahkan hidup karena hidup tidak pernah salah.

    Hati adalah cerminan diri kita. Layaknya sebuah cermin, apabila selalu digosok dengan kain yang bersih, ia akan memberikan pantulan yang bersih dan bening. Namun, jika kita biarkan berdebu dan akhirnya berkarat, bayangan yang timbul pun akan semuram cermin tersebut. Ikhlas dan bersyukur akan senantiasa membuat cermin itu berkilat. Hanya dengan cermin yang bening kita bisa memilih hidup kita.

    Kadang kita harus memendam dan mengorbankan perasaan kita untuk sesuatu yang bagi kita sendiri susah dimengerti. Keyakinan bukan soal Allah semata. Ia lebih dari itu. Agama bukanlah soal surga dan neraka. Agama bukanlah antum pergi ke masjid atau ke kajian-kajian islami, tapi itu adalah soal kebutuhan manusia. Sejatinya manusia membutuhkan agama untuk mengarahkannya ke jalan yang benar.

    Ikan dan air sama seperti manusia dan agama. Agama adalah air dan manusia adalah ikan yang hidup di dalamnya. Kita butuh agama untuk dapat hidup walau agama tidak membutuhkan kita untuk mengisinya. Ikanlah yang butuh air, bukan air yang butuh diisi oleh ikan. Masalah derita hidup, kesusahan, kemiskinan, atau kekayaan serta kemewahan bukan akibat dari manusia beragama atau tidak.

Kemiskinan dan kekayaan, bahagia dan susah, adalah dua potong kayu yang selalu bergantian muncul di permukaan air. Agama bukan soal susah-senang, bukan miskin-kaya. Ia alat yang dapat mengarahkan kita untuk menyikapi tongkat apa yang sedang muncul di permukaan air.

    Beberepa orang mendefinisikan agama sebagai sesuatu yang nyata dan dapat dibuktikan dengan nalar manusia. Padahal sebagian dari agama adalah sesuatu yang tak kasat mata, yang tak  mampu dinalar dengan otak manusia yang terbatas. Ia membutuhkan keyakinan dari hati, bukan dari akal. Tak sepantasnya seorang manusia menukarkan keyakinannya atas nama apa pun. Bukan karena cinta, harta, ataupun dunia lainnya. Karena keyakinan terlalu "suci" untuk ditukar dengan yang lain.

  Di "Sentono Arum" Ukmi Al-Huda ini, mari kita saling menyadarkan, saling mengingatkan satu sama lain ihwal kebaikan penghidupan. Marilah kita sama-sama ber'muhasabah dan berendah diri dihadapan-Nya. Kita tunjukan ketawadhu'an sebagaimana makhluk hina dina penghuni Alam jagad Rayya. mencari sebanyak-banyak nya Ilmu terlebih Rahmat yang di hamparkan, dan memantulkan kembali ke langit sebagai do'a bagi kita dan sesama.
   
  Hingga suatu saat kita sudah siap bak kupu-kupu yang cantik menawan mewaranai dunia. dimana sebelumnya sebagai kepompong yang berkhalwat dari hiruk pikuk keruhnya iklim dunia. Kita sudah mampu menciptakan keindahan bagi sesama. Mampu menebarkan cinta kasih bagi sahabat kita agar mereka besar hatinya karena belum bisa menyikapi munculnya tongkat di permukaan. Kita sudah mampu meniru Tajali Allah dalam Terminologi "Basmallah". Dimana bisa memproporsikan ihwal cinta dan kemesraan secara tepat. Kapan harus menebarkan Cinta yang Meluas (Rahman), Kapan memberikan Cinta yang Mendalam(Rahim) kepada Makhluk-Nya. Dan semoga kita memang benar-benar diperjalankan oleh Allah di jalan Dakwah ini. Amin

"Belajarlah dari laut yang dingin dan tenang. Laut mampu menampung segala macam beban penderitaan. Ia tidak pernah mengeluh atas takdirnya sebagai muara bagi sungai-sungai yang keruh. Ia hanya menampung dan mengalirkannya. Begitu juga di UKMI ini. Di Dalam kita saling menyadarkan, Keluar Kita Mengayomi."
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentar lah dengan sopan