ADAB MENUNTUT ILMU (Menurut KH. Hasyim Asy’ari)

Oleh : Prof. H. Kasuwi Saiban, M.Ag
Reportase KanTin Kare #1

       Ilmu merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam eksistensi kehidupan manusia. Bahkan dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat manusia dengan iman dan ilmu, sebagaimna firma Nya : “Niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di anatara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat “(QS. Al-Mujadillah:11)
    Begitu pentingnya ilmu dalam eksistensi kehidupan sehingga mencari ilmu diwajibkan bagi seluruh umat islam, sebagaimana yang ditegaskan dalam sebuah riwayat hadis dari sahabat Anas yang artinya :”menari ilmu diwajibkan atas semua orang islam (HR. Al-Baihaqi).
     Adalah agar seseorang berhasil dalam menuntut ilmu maka ada etika maupun adat yang digariskan oleh para ‘ulama yang berpengalaman dibidang itu. Salah satu etika dalam menuntut ilmu yang diketengahkan oleh KH. Hasyi Asy’ari dalam kitab yang berjudul “ Adab al-‘Alim wa al- Muta’alim’ dalam kitab tersebut beliau kemukakan bahwa para penuntut ilmu wajib melakukan hal-hal sebagai berikut:
1.       Membersihkan Hati
Penuntut lmu harus membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran yang bisa menghambat cahaya ilmu. Kotoran-kotoran hati itu antara lain: menipu, dusta, berburuk sangka, riya’, sum’ah , dan takabur.

2.       Meluruskan Niat
Seorang penuntut ilmu harus menanta niatnya terlebih dahulu. Niat dalam mencari ilmu adalah untuk melaksanakan kewajiban yang pada puncaknya adalah mencari keridhaan Allah, dan jangan sekali-kali dalam menuntut ilmu tersebut berniat untuk menari pangkat, jabatan, gelar, kehormatan, harta, maupun pekerjaan, sekalipun semua itu bisa diraih kerana ilmu.

3.       Mengoptimalkan Masa Muda
Penuntut ilmu harus bergegas dan serius dalam menuntut ilmu terutama pada usia mudanya yang realtif lebih luang dan potensial. Jangan sampai seorang penuntut ilmu menggunakan masa mudanya pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Oleh karena itu “Menangislah di masa mudamu agar kau tertawa nanti dimasa tuamu”.

4.       Memiliki Jiwa Qana’ah
Seorang penuntut ilmu harus bersikap sederhana tidak berlebihan dalam hal makanan maupun pakaian. Sebab dengan kesederhanaan ini seorang mendapat kelapangan dalam memperoleh ilmu, memantapkan hati dalam menggapai cita-cita, serta memancarkan sumber-sumber hikmah.

5.       Pandai Mengatur Waktu
Seorang penuntut ilmu harus pandai dalam mengatur waktunya untuk belajar. Dia harus memanfaatkan malam harinya untuk membaca dan menghafal, pagi harinya untuk memperdalam pembahasan, siang harinya untuk menulis, berdiskusi serta mengulang lagi apa yang telah dibaca da dihafal semalam. Dalam hal ini figur yang patut dicontoh yaitu sahabat Rasulullah, Abu Hurairah beliau selalu membagi waktu malamnya menjadi empat jam untuk tidur, empat jam untuk belajar, dan empat jam untuk sholat.
6.       Mengurangi Makan Dan Minum
Seorang penuntut ilmu tidak boleh makan dan minum yang berlebihan, bahkan sedapt mungkin harus menguranginya. Sebab perut yang penuh oleh makanan akan menyebabkan malas belajar. Penegasan KH. Hasyim Asy’ari ini sangat beralasan, sebab perut yang seharusnya berisi tiga komponen: makanan, minuman, dan pernafasan hanya terisi makanan dan minuman saja sehingga ruang untuk bernafas menjadi terganggu yang berakibat pada sulitnya kreatifitas berfikir.

7.       Menjaga Kehormatan Diri
Seorang penuntut ilmu harus bisa menjaga kehormatan diri (wara’) dan berhati-hati dalam segala hal: menjaga makanan, minuman dan pakaian serta tempat tinggalnya dari hal yang diharamkan.hal imi dimaksudkan agar hatinya bisa tenag dan lapang sehingga dapt meneria cahaya ilmu.

8.       Mengurangi Tidur
Seorang penuntut ilmu harus mengurangi tidurnya selama kesehatannya tidak terganggu. Membatasi waktu tidur memang perlu dilakukan bagi seorang penuntut  ilmu, sebab jika waktu tidur tidak dibatasi maka aktifitas menuntut ilmu jadi terganggu. Sebagai pertimbangan, para ahli medis mengalokasikan waktu tidur yang normal sehai-semalam dalam waktu 8 jam. Sahabat Abu Hurairah sebagaimana yang disebutkan diatas, beliau hanya mengalokasikan waktu untuk tidur selama empat jam sehari-semalam, dan mengandekan waktu belajar juga  selama empat jam, sehingga tidak heran jika beliau termasuk sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis dibanding sahabat-sahabat yang lain. Alangkah produktifnya jika pengaturan belajar kita contoh dari Abu Hurairah tersebut. Figur lain adalah (seorang ilmuan dan filusuf muslim dari spanyol) yang menulis dalam otobiografinya “saya tidak pernah berhenti belajarsetiap malam kecuali dua malam saja; yaitu malam kematian ayah saya dan malam pertama pernikahan saya” dari uraian diatas dapat disarikan bahwa seorang  penuntut ilmu yang ingin menggapai sukses dia harus mengagendakan waktu belajarnya yang cukup.

9.       Menghindari Pergaulan Bebas

Bagi penuntut ilmu diharuskan bisa menghindari pergaulan yang tidak diizinkan syariat, terutama pergaulan bebas dengan lawan jenis. Hal ini perlu ditekankansebab pergaulan semacam ini hanya menghamburkan usia dan pasti mengganggu aktivitas belajar. Oleh karena itu dalam bergaul seorang penuntut ilmu hendaknya memilih kawan yang berakhlak mulia agar berpengaruh pada dirinya dalam mencapai tujuan belajarnya.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentar lah dengan sopan