Hakikat sang “Khalifah fil Ard”



Kebesaran yang sesungguhnya dari manusia terletak di dalam kemampuanya  untuk mencapai kemajuan yang abadi. Jika tidak demikian di dalam kehidupan yang sementara ini, ia adalah yang terlemah dari segala sesuatu yang ada, ia menjadi subyek dari lapar, haus, panas, dingin dan duka cinta. Hal-hal yang paling menyenangkan baginya sering berbahya pula baginya, dan hal-hal yang bermanfaat baginya tidak dapat diperolehnya tanpa kerja keras atau tanpa kesulitan.
    Terhadap akal pikiranya, sedikit kekacauan saja di dalam otaknya sudah cukup untuk menghancurkan atau membuatnya gila. Terhadap kekuatanya, tali laba-laba saja sudah cukup untuk menghilangkan ketenangan dan membuatnya susah tidur. Terhadap tabiatnya, ia menjadi marah saat kehilangan uang lima sen. Terhadap ketampananya, ia sebenarnya sesuatu yang memuakkan yang tertutup oleh kulit yang baik. Jika tidak sering di cuci, maka ia akan menjadi sesuatu yang buruk dan hina.
    Nyatanyan, manusia di dunia ini lemah dan tidak berarti sama sekali. Hanya di dalam dunia yang berikutnya ia akan menjadi berharga apabila melalui kebahagian, ia bangkit dari keadaanya sebagai binatang menjadi bidadari. Jika tidak keadaanya akan lebih buruk dari pada bajingan-bajingan yang akan musnah dan kembali menjadi debu.
    Oleh karena itu sangat perlu baginya, pada waktu yang sama menyadari kelebihanya, sebagai puncak dari segala sesuatu yang tercipta, untuk belajar mengetahui ketidakmampuanya pula, karena hal-hal tersebut merupakan kunci untuk mengenal Allah.



“Manusia yang paling mulia dan tinggi derajatnya di mata Tuhanya adalah Manusia yang bermanfaat bagi manusia lainya terlebih adil bagi semesta alam yang menjadi tempatnya hidup dan bernanung.”

-N H J K C
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentar lah dengan sopan